Tangerang 4 Mei 2025
Perang Dagang AS-China, Posisi Indonesia, dan Transisi Hegemoni Dunia
Author: Hadi Hartono
I. Pendahuluan
Dalam dua dekade terakhir, dinamika geopolitik dan geoekonomi global menunjukkan perubahan signifikan. Salah satu titik krusialnya adalah memanasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (China), yang berpuncak pada apa yang disebut sebagai “perang dagang”. Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada kedua negara adidaya, tetapi juga menimbulkan efek domino ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di tengah konflik dua kekuatan besar ini, dunia menyaksikan transisi hegemoni global dari unipolaritas AS menuju multipolaritas dengan kebangkitan China. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara ilmiah dan populer: akar konflik AS-China, posisi strategis Indonesia, serta dinamika transisi hegemoni global yang tengah berlangsung.
II. Latar Belakang Perang Dagang AS-China
1. Akar Historis
Perang dagang antara AS dan China tidak muncul tiba-tiba. Sejak era reformasi ekonomi China di bawah Deng Xiaoping pada akhir 1970-an, hubungan dagang antara kedua negara semakin intensif. Namun, ketidakseimbangan perdagangan dan praktik ekonomi China yang dianggap merugikan industri AS menimbulkan ketegangan yang terus meningkat.
2. Kebijakan Tarif dan Balasannya
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS memberlakukan tarif tinggi terhadap barang impor dari China senilai ratusan miliar dolar, dengan tuduhan pencurian kekayaan intelektual dan praktik dagang tidak adil. China membalas dengan tarif serupa pada produk AS. Perang tarif ini memicu ketidakpastian global dan mengancam rantai pasok internasional.
III. Dampak Global dari Perang Dagang
1. Gangguan Rantai Pasok Global
Sektor manufaktur global terguncang. Banyak perusahaan multinasional mulai memindahkan basis produksinya dari China ke negara-negara ASEAN seperti Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
2. Ketidakpastian Pasar Keuangan
Volatilitas di pasar saham dan komoditas meningkat. Investasi global melambat, dan kekhawatiran resesi global sempat mencuat pada tahun 2019.
3. Politisasi Ekonomi
Ekonomi global menjadi semakin dipolitisasi. Negara-negara harus menentukan posisi: tetap netral atau mendekat ke salah satu poros kekuatan.
IV. Kebangkitan China dan Tantangan terhadap Hegemoni AS
1. Strategi Belt and Road Initiative (BRI)
Melalui BRI, China memperluas pengaruhnya secara masif di Asia, Afrika, dan Eropa. Proyek infrastruktur ini dilihat sebagai upaya “soft power” untuk memperluas hegemoni ekonomi.
2. Teknologi dan Inovasi
China menargetkan kepemimpinan global dalam kecerdasan buatan, 5G, dan manufaktur canggih melalui program Made in China 2025. Hal ini mengancam dominasi AS dalam teknologi tinggi.
3. Tantangan Ideologis dan Politik
AS mewakili sistem demokrasi liberal, sementara China dengan sistem otoriter berusaha menunjukkan bahwa stabilitas dan pertumbuhan bisa dicapai tanpa demokrasi. Ini menantang nilai-nilai tatanan global pasca-Perang Dunia II.
V. Posisi Strategis Indonesia
1. Di Antara Dua Gajah
Sebagai negara berkembang dan anggota G20, Indonesia berada dalam posisi strategis namun dilematis. Indonesia harus berhati-hati agar tidak menjadi korban “proxy war” ekonomi kedua kekuatan.
2. Peluang dan Ancaman
Peluang: Relokasi industri dari China, investasi dari AS dan China, serta potensi menjadi simpul logistik regional.
Ancaman: Ketergantungan pada ekspor komoditas mentah, risiko utang dari proyek BRI, dan tekanan diplomatik bilateral.
3. Strategi Indonesia
Indonesia perlu menegakkan prinsip bebas aktif dan memperkuat diplomasi ekonomi. Diversifikasi pasar ekspor, hilirisasi industri, dan penguatan UMKM menjadi langkah penting.
VI. Transisi Hegemoni Dunia: Unipolaritas ke Multipolaritas
1. Era Pasca-Perang Dingin
Sejak runtuhnya Uni Soviet, AS menjadi satu-satunya kekuatan global dominan (unipolar). Namun, era ini tampak memudar.
2. Munculnya Kekuatan Baru
Selain China, Uni Eropa, India, bahkan aliansi seperti BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) menjadi pilar kekuatan baru yang menantang dominasi tunggal AS.
3. Dunia Multipolar: Risiko dan Peluang
Multipolaritas membawa ketidakpastian namun juga demokratisasi kekuatan global. Negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk memainkan peran signifikan di panggung dunia.
VII. Implikasi Jangka Panjang bagi Indonesia
1. Diplomasi Cerdas dan Netral Aktif
Indonesia harus mengembangkan diplomasi lintas blok dan menjadi kekuatan penyeimbang kawasan di ASEAN.
2. Penguatan Ekonomi Nasional
Penguatan industri dalam negeri, transformasi digital, dan reformasi pendidikan adalah kunci daya saing.
3. Ketahanan Nasional
Ketahanan pangan, energi, dan teknologi harus diperkuat agar tidak tergantung pada hegemoni manapun.
VIII. Kesimpulan
Perang dagang AS-China bukan sekadar konflik ekonomi, tetapi merupakan representasi dari transisi hegemoni global. Di tengah turbulensi ini, Indonesia dihadapkan pada tantangan dan peluang strategis. Kecerdasan geopolitik dan ketahanan nasional menjadi kunci dalam menjaga kedaulatan dan meraih keuntungan dari dinamika global. Dunia kini sedang bergeser, dan Indonesia harus siap menavigasi perubahan ini dengan kepala dingin dan strategi matang.
Daftar Referensi
1. Allison, G. (2017). Destined for War: Can America and China Escape Thucydides’s Trap? Houghton Mifflin Harcourt.
2. World Bank. (2020). Global Economic Prospects. Washington, DC: World Bank Publications.
https://www.worldbank.org/en/publication/global-economic-prospects
3. Kemenko Perekonomian Republik Indonesia. (2022). Strategi Nasional Menghadapi Dinamika Perdagangan Global. Jakarta: Kemenko Perekonomian.
4. Schwab, K. (2018). The Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic Forum.
5. Zhang, B. & Alon, I. (2020). The China-US Trade War and Global Economic Impacts. Springer.
6. ASEAN Secretariat. (2023). ASEAN Outlook on the Indo-Pacific: Implementation and Way Forward. Jakarta: ASEAN.
7. The Economist Intelligence Unit. (2021). Trade Wars: Economic and Geopolitical Impacts. London: EIU.
8. Nye, J. S. (2004). Soft Power: The Means to Success in World Politics. PublicAffairs.
9. Lipscy, P. Y. (2020). "COVID-19 and the Politics of Crisis." International Organization, 74(S1), E98–E127.
10. Rizal, A. (2023). Geopolitik Ekonomi Global: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia di Era Multipolar. Jakarta: Pustaka Gramedia.
11. Indonesia Ministry of Foreign Affairs. (2024). Laporan Diplomasi Ekonomi Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kemlu RI.
12. International Monetary Fund (IMF). (2023). World Economic Outlook: Navigating Global Fragmentation.
https://www.imf.org/en/Publications/WEO
13. Nugroho, H. (2021). “Strategi Ekonomi Indonesia di Tengah Kompetisi Global.” Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 22(2), 134-149.
14. Chomsky, N. (2022). Who Rules the World? Penguin Books.
15. The Diplomat. (2023). China's Belt and Road: A Decade Later.
https://thediplomat.com